Diatas Mimpi Yang Mengambang

Barusan aja pulang dari ngisi acara “Live Accoustic” di Kedai Susu, malem ini gue jadi ngerasa agak capek. Dan, malem-malem gini emang paling nikmat kalo minum susu, soalnya persiapan mau tidur. Tapi iya loh, beneran. Minum susu sebelum tidur bisa membuat tidur jadi lebih rileks dan nyenyak, karena susu memiliki suplai nutrisi yang mudah dicerna dan cukup untuk membuat otak menghasilkan senyawa kimia yang bisa menenangkan syaraf dan mampu membawa otak pada frekuensi gelombang delta. Salah satu dari hormon itu adalah serotonin, yang bisa menghilangkan stress, dan waktu tidur bisa mempermudah otak menyeleksi memori mana yang perlu disimpan. Hingga kelak, jika dibutuhkan, informasi itu bisa dengan mudah dibuka ulang. Dan yang jelas bisa membuat mimpi kita jadi lebih indah, dan kita nggak akan menemui mimpi buruk.

Ngomong-ngomong tentang mimpi, ada beberapa hal yang ganjil kalo ngomongin tentang mimpi. Mimpi itu ada dua, mimpi yang disengaja sama mimpi yang nggak disengaja (versi gue). Mimpi yang nggak disengaja itu, kaya yang biasa kita alami waktu tidur siang, malem, ataupun waktu ketiduran. Mimpi yang nggak disengaja itu selalu mengacak apa yang bakalan dialami kita di alam mimpi, karena memang itu diluar kendali kita. Jadi kejadiannya ya pasti bakalan aneh-aneh kaya  diuber kebo, jatoh dari atap rumah kek, ketemu setan, atau balikan sama mantan (juga termasuk mimpi basah bagi yang cowok, aneh kan, pasti nggak nyangka bisa mimpi begituan), dan seringkali kita lupa apa yang barusan kita mimpiin waktu kita udah terbangun. Mimpi yang ini seringkali cuma sekedar menjelaskan bagaimana keadaan psikologi otak kita saat itu (bahkan otak aja punya jiwa). Dan bersifat pasif pada kelangsungan hidup kita setelah bangun. Ya begitulah sekilas tentang mimpi yang nggak disengaja.

Kalo mimpi yang disengaja, itu mimpi yang memiliki andil dalam menentukan siapa kita, prinsip kita, pandangan hidup kita, jati diri kita, dan bagaimana kehidupan kita kelak. Mimpi jenis ini semacam memiliki jiwa bro, dia hidup didalam pikiran dan hati manusia secara bersamaan dan nggak bisa dilupain begitu aja. Mimpi yang ini bersifat aktif dalam kelangsungan hidup seorang manusia. Karena mimpi yang inilah, banyak manusia sukses memenangkan jiwanya. Tapi masalahnya, lo punya mimpi nggak? Kalo gue sih, ada.

Waktu gue kecil, kira-kira umur 4-7 tahunan lah, gue bermimpi suatu hari nanti gue bisa jadi seorang polisi. Karena menurut gue saat itu, bajunya keren. Dan berharap banget suatu saat bisa nembak orang jahat kaya di film-film Amerika, tentang polisi yang jadi intelegen terus tembak-tembakan sama teroris dan berakhir dramatis, karena tokoh utama pasti selalu menang (korban film nih). Tapi semenjak kenal Lativi yang notabene TV One sebelum upgrade, gue jadi pengen menjadi seorang peneliti (soalnya dulu ada Geographic Channel-nya, tapi semenjak ada masalah dan mau berganti jadi TV One jadi ga ada). Dan keinginan gue terus berlanjut, dan dari situlah gue mulai doyan banget baca buku-buku SAINS dan melakukan beberapa riset sederhana (ala gue sendiri pastinya).

Terus, waktu masuk SMP. Gue ketemu temen yang punya imajinasi nyaris sama kaya gue, namanya Bayu. Dia seorang penggemar film superhero dan science fiction, sama kaya gue. Dan pengetahuannya tentang superhero jauh melebihi gue. Kenapa gue katain imajinasinya nyaris sama kaya gue? Itu nggak lain, karena dia juga sering berkhayal tentang superhero bikinannya sendiri. Kita sama-sama punya keinginan yang sama, yaitu bikin cerita tentang superhero. Dan akhirnya gue mengurungkan niat jadi ilmuwan dan beralih menjadi seorang pembuat film dan direktur perusahaan film superhero. Kaya om Stan Lee, managernya Marvel. Trademark gue, gue kasih nama Master Corp., sedangkan bayu kasih nama Trademarknya Kaizer. Ya beda-beda tipis sih etimologi namanya. Dan cerita perdana gue yaitu, “The Seven Power Sky”, yang bercerita tentang superhero dari galaksi lain yang pergi ke Bumi. Dan gue anggap, tokoh-tokohnya itu gue dan saudara-saudara gue sendiri (sebagai tokoh utama, gue cari kekuatan yang paling bagus dong pastinya). Dan cerita perdana Bayu, judulnya “Natural Second”, (harusnya sih Second Natural atau Second World lebih tepatnya, tapi dia ngeyel banget sama judulnya itu, katanya sih lebih menjual). Film itu sih sebenernya konsepnya nggak jauh beda sama film “Heroes”, dimana ada banyak superhero dalam satu film dan dibikin serial. Kalo gue kan konsepnya movie, jadi cerita dia jauh lebih panjang ketimbang cerita gue. Dan dari kebiasaan kita ini, 2 sahabat kita yang lain mulai ikut-ikutan bikin superhero (walaupun nggak jelas dan nggak sekeren kita sih). Yang satu namanya Sultan, dia bikin Trademark yang namanya Random a.k.a. Guardian. Superheronya sih plesetan dari superhero-nya Bayu sama gue. Ceritanya juga konyol, dan kadang masukin tokoh kebanggaan gue sama Bayu buat jadi musuhnya, bener-bener nyari ribut ini orang. Sobat gue yang satu lagi namanya Danas, dia bikin Trademark yang namanya The Dans Company. Cerita superhero-nya  tentang 4 ksatria samurai yang memiliki kekuatan super, judulnya “Samurai Men”. Cerita ini sebenernya banak diadaptasi dari anime-anime kesukaan dia, beberapa diantaranya Bleach, Law of Ueki, dan Naruto (kelihatnnya sih, soalnya dia nggak terlalu pengen ngaku). Jadi nggak sepenuhnya imajinasi dia sendiri. Tapi, menurut gue ceritanya keren, soalnya cerita itu terinspirasi persahabatan kita berempat (katanya).  

Beberapa bulan berlalu, dan nyaris 2 tahun kita udah sering ngobrol tentang superhero. Akhirnya kita mulai bosen, dan nyadar. Kalo imajinasi kita itu terlalu tinggi, bahkan terlalu kekanak-kanakan. Jadi akhirnya satu-persatu dari kita mulai meninggalkan dunia imaginasi kita yang lama.

Waktu pertengahan naik kelas 3, gue jadi seneng sama musik. Karena, temen sekelas gue sering bawa gitar waktu sekolah dan dimainin waktu istirahat atau kalo pelajaran kosong. Kelihatan seru sih, bisa seneng-seneng tanpa perlu keluar kelas. Dan yang pasti, kelihatan lebih keren. Akhirnya gue belajar main gitar sama temen gue yang namanya Adam. Meskipun pinter main gitar, tapi dia nggak sombong buat mau nularin ilmunya main gitar ke gue. Soalnya yang lain nggak ada yang mau ngajarin, dan selalu ada aja alasan kalo aku minta tolong. Si Adam ini orangnya telaten banget, walau kadang ngajarinnya agak ngawur. Setelah itu, gue bilang ke ibu buat minta gitar. Tapi, karena ortu belum ada uang, alhasil gue bikin kotakan yang dikasih karet buat ngelatih jari-jari gue menghafal chord gitar. Hingga kira-kira 3 atau 4 bulan kemudian, baru dibeliin gitar. Akhirnya, gue punya mimpi baru. Jadi anak band. Bermodal vokal yang benar-benar dibawah KKM dan skill gitar yang masih dibawah amatir, gue bikin band dengan 3 personil dimana gue sebagai vocal dan lead gitarnya. Nama band gue waktu itu, Avalizer, diambil dari nama salah satu karakter villain di cerita superhero gue. Dan akhirnya bergabunglah temen gue yang namanya Fajar sebagai keyboardis, dan band kita jadi 4 orang. Namun karena dari segi keuangan personil gue yang notabene nggak terlalu punya, kita jadi jarang banget latihan, dan bubar beberapa bulan kemudian. Dan, gue juga sempet gabung sama beberapa band, dan juga sempet bikin band. Ya, kualitasnya lumayan lah, udah kelas festival walau belum pernah menang festival karena suara gue yang, minim.

Nah, inilah yang gue katain ganjil di awal tadi. Sebuah mimpi layaknya bisa diperjuangkan, dan nggak bersifat sepihak (maksudnya Cuma besar angan, tanpa ada usaha yang seimbang). Dan, gue bingung karena… Pertama lo tau sendiri lah, gimana keadaan musisi tanah air kita, mereka benar-benar terpuruk. Musik mereka dibajak dan benar benar tak bernyawa dalam dunia penjualan CD. Bisnis RBT aja mereka udah nggak bertaring. Download musik dimana-mana. Dan itulah yang membuat mereka, seperti sekarat ditengah gempuran musik luar negeri yang semakin menjajah bangsa ini. Kasihan banget, ibarat kucing nih mereka lagi terlantar di rumah mereka sendiri. Karena tuan rumah lebih menyukai kucing tetangga. Tapi emang nggak bisa dipungkiri sih, banyak musik-musik di negeri ini yang nggak memiliki makna dan sekedar asal ceplos. Yang lirik-liriknya itu nggak bisa ngena dan artinya bener-bener dangkal. Dan mirisnya lagu-lagu jenis ini yang banyak diproduksi saat ini. Yah, semakin membuat tuan rumah sayang sama kucing tetangga kan? Hal itulah yang bikin gue nggak yakin masuk dunia permusikan karena resikonya terlalu besar, sangat besar dengan hasil yang kelihatannya tak seberapa. Tapi disisi lain kalo jadi musisi dan udah terkenal, bisa 2 atau 3 album booming kan enak. Semacam udah ngerti langkah hidup. Dan yang jelas banyak hal yang bisa dilakukan oleh seorang artis, yaitu punya pacar yang cantik, ketemu para maestro, punya banyak channel, punya uang banyak, dan bisa ketemu artis idola kapanpun. Dan yang lebih utama, hidup dan menjalani profesi seperti panggilan jiwa itu sangat menyenangkan melebihi apapun di dunia ini.

Alasan kedua kenapa gue bingung tentang mimpi gue ini, karena masuk lalu bisa menancapkan jangkar di dunia permusikan dan hiburan tanah air itu susah banget. Banyak banget grup band atupun penyanyi yang udah rekaman dan bikin lagu di Indonesia ini. Banyak banget yang skill mereka udah bisa dibilang bertaraf Internasional, seperti suara yang bagus, lagu yang bagus, dan memainkan alat musik dengan kehebatannya. Tapi nggak banyak dari mereka yang berhasil mendaratkan kapalnya di industri hiburan, banyak yang baru sampai dan terkenal namun akhirnya tenggelam dalam sekejap, banyak yang stuck diposisi mereka. Padahal karya mereka luar biasa. Mereka yang bagus aja nggak bisa, apalagi gue yang masih belajar. Apalagi  gue tinggal di kota yang jauh dari sorotan media, jelas bakalan sulit meniti tangga. Apalagi ditengah carut-marutnya masalah industri musik saat ini. Apa gue yakin? Memilih mimpi ini? Tapi emang banyak banget mimpi-mimpi gue yang terhubung sama mimpi gue yang satu ini. Istilahnya Gateway to the Dreams lah… Nah pertanyaan-pertanyaan tu selalu muncul di benak gue. Tiap kali gue sering bingung mikir, kenapa ya…

Dan itulah, yang gue sebut kegalauan tentang mimpi yang tak juga berujung hingga sekarang gue tulis naskah ini. Gue sebenernya daftar IPDN itu juga bingung. Tapi mau gimana lagi, jika emang ini yang harus gue hadepin, gue hadepin. Gue nggak pernah takut gagal ataupun jatuh. Karena prinsip hidup gue, “sekali melangkah, kutinggalkan ribuan dibelakangku, kuhadapi apapun rintangan meski kehancuran mengancamku”. Tuh kan bingung lagi, tapi seenggaknya dengan menjalani. Kita jadi tau pasti berkat pengalaman yang kita dapet. Jadi siapapun lo, beranilah bermimpi. Gue juga bakalan terus mengejar dan berusaha mencapai impian gue, apapun keadaannya. Tapi, lo juga harus butuh motivasi. Motivasi itulah yang membuat lo semakin kuat meraih apa yang lo impikan. Hidup!!!

Tinggalkan komentar